Menghindari Perdebatan yang Sia-sia
Kalangan Sendiri

Menghindari Perdebatan yang Sia-sia

Lori Official Writer
      1024

Ayat Renungan: 2 Timotius 2: 23-24 "Hindarilah soal-soal yang dicari-cari yang bodoh dan tidak layak, sebab engkau tahu bahwa hal-hal itu menimbulkan perbantahan. Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang."

 

Apa yang disampaikan Paulus melalui ayat renungan pagi ini rasanya sangat relevan dengan apa yang menjadi tantangan kita di era digital ini. Dia memperingatkan kita dengan tegas melalui 2 Timotius 2:23-24 untuk "menghindari soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak." Karena tindakan itu hanya akan menimbulkan konflik yang merusak hubungan dengan orang lain.  

Di zaman digital ini, media sosial seringkali menjadi ladang perdebatan yang tidak berujung. Komentar negatif, tuduhan yang tidak berdasar, dan kata-kata kasar menjadi pemandangan yang biasa. Setiap hari selalu saja ada perbincangan yang mengundang perhatian publik - saling serang satu sama lain di kolom komentar. Atau bahkan sengaja membuat postingan baru untuk menyerang pernyataan atau postingan yang dianggap tidak benar. Akibatnya muncul perdebatan antara dua kudu pembela.

Pertanyaannya adalah apakah kita perlu menjadi seperti itu? Paulus menyampaikan dengan tegas melalui Firman Tuhan pagi ini bahwa "seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang."

Sudut pandangnya aalah bahwa mempertahankan kebenaran itu penting. Namun, cara kita mempertahankannya juga penting. Keyakinan kita adalah bagian dari diri kita sendiri. Jika seseorang menyerang kita, reaksi pertama kita adalah membalasnya. Dengan cara yang sama, ketika seseorang menyampaikan sudut pandangnya tentang sesuatu yang bertentangan dengan kita, reaksi pertama kita pasti merasa tidak terima. Namun bisakah kita menahan diri untuk tidak menyerang?

Saat kita tidak bisa menguasai ego, maka mudah untuk kita terjebak dalam argument atau pertengkaran yang hebat. Tetapi dengan mengingat siapa kita, seperti disampaikan Paulus, kita bisa memilih untuk menahan diri dari membuat sebuah pertengkaran. 

Kita dipanggil bukan untuk menjadi orang-orang yang berdiri dan pasang badan demi membela kebenaran. Sebaliknya, kita dipanggil untuk mencerminkan teladan kasih Kristus – ramah terhadap semua orang, sabar dan mampu mengajar dengan bahasa yang sopan dan santun. Karena itu, setiap respons kita harus selalu dibangun di atas dasar kasih, bukan amarah atau kebencian.

Ambil waktu sejenak pagi ini untuk datang kepada Tuhan, mengakui setiap respons kita di dalam menggunakan media digital. Ambil waktu berdoa dengan mengikuti doa di bawah ini.

“Tuhan, tolong aku untuk menahan diri, menghindari perdebatan yang sia-sia, dan mencerminkan kasih-Mu dalam setiap perkataan dan tindakan. Ajari aku untuk menjadi hamba-Mu yang ramah, sabar, dan penuh kasih. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.”

 

Apakah Anda merasa ditinggalkan dan terpuruk di dalam banyak persoalan? Hari ini, Tuhan ingin hadir mengisi hidup Anda dengan kasih-Nya. Mari buka hati Anda agar Dia masuk dan bekerja. Serahkan hidup Anda kepada Dia dan mengakui bahwa pengorbanan-Nya di kayu salib telah menebus hidup Anda selamanya. Atau jika Anda ingin berbagi, ingin didoakan atau membutuhkan bimbingan rohani, hubungi kami dengan klik banner di bawah.

Ikuti Kami